Saturday, June 14, 2014


KISAHKU

Hari ini udara begitu dingin, kuterjang kabut pagi dengan motor kakakku. Kulewati bentangan sawah yang menghijau di setiap pandang mataku. Dengan semangat 45, kutuju tempat perlombaan yang ramai dengan hiruk-pikuk peserta yang ingin mengumpulkan hasil cerpennya.
Wah, banyak sekali ya yang mengumpulkan cerpen! kataku dengan kagum. Kemudian kulewati peserta yang berada di luar gedung.
Tiba-tiba, bruuuk…., kertas yang berisi naskah cerpen tersiram tumpahan susu anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran, padahal cerpen tersebut belum kukumpulkan ke panitia.  Kepalaku seakan mendidih, merah padam, kumaki anak kecil tersebut dengan perkataan kasarku.
Dik, kalau jalan itu dilihat. Lihat kertas kakak basah nih..” teriakku ketus.
Lima detik setelah kumaki anak kecil tersebut menangis kencang sambil memanggil nama ibunya. Aku langsung kabur takut dimarahi ibunya. Tak terasa air mataku menetes  perlahan, langkahku gontai. Kucari kakakku yang menungguku di luar gerbang. Pikiranku campur aduk, antara kecewa dan sedih. Kutemui kakakku sambil menangis tersedu-sedu dan menceritakan semuanya. Semua yang kulakukan demi lomba cerpen, semuanya hangus sia-sia. Semangatku padam, digantikan sedih yang mendalam.
Sepanjang perjalanan, aku hanya membisu menatap pemandangan indah di depanku. Kakakku yang sedari tadi diam, mulai membuka suara.
“Sudahlah, kan masih ada lomba cerpen yang lain. Hibur kakakku.
Aku hanya diam mendengarkan kakakku sambil berlinang air mata. Tak terasa motor kakakku sudah sampai di depan rumahku. Aku langsung masuk ke rumah, menuju kamarku dan kubanting pintu kamarku dengan keras. Ibuku langsung menghampiriku dan memelukku, seakan paham akan apa yang sedang kurasaka. Kupeluk ibuku dengan erat sambil terisak.
Sayang, tidak apa-apa yang penting kamu sudah memberikan yang terbaik.Hibur ibuku dengan kasih sayang.
Tapi Bu, aku sudah bersusah payah menyelesaikan naskah cerpen, dan apa hasilnya? Anak  kecil tak tahu diri itu malah menumpahkan susunya ke naskah cerpenku.”  Kataku sambil masih terus terisak. Ibu hanya mengelus rambutku dengan penuh kasih sayang.
1 minggu kemudian…
Re, kakak membawa berita untukmu.Dengan seenaknya kakakku masuk ke kamarku tanpa izin, sementara aku masih sibuk merapikan kamarku.
Apa?” tanyaku antusias.
Di sekolah kakak akan diadakan lomba menulis cerpen untuk umum, kakak dengan senang hati akan mendaftarkanmu.
Raut mukaku berubah murung teringat kejadian seminggu yang lalu.
Tapi kalau kamu belum siap juga nggak apa-apa,kata kakakku seakan mengerti apa yang sedang aku rasakan sekarang.
Tiba-tiba air mataku menetes membasahi pipiku, dengan segera kuhapus air mataku agar tidak ketahuan kakakku. Dengan kutegar-tegarkan, kusetujui tawaran kakakku.
Malam harinya kutatap layar laptop dengan khidmat, dengan ditemani secangkir teh hangat. Kuketik kalimat demi kalimat. Tak terasa jam dindingku menunjukkan angka 12. Dengan puas kumatikan laptopku.
Huaah…, akhirnya selesai juga.Kataku sambil menguap. Kemudian kurebahkan badanku di kasur. Tak ada lima menit mataku sudah terpejam.
***
Ini Kak, sudah selesai.Sambil kuserahkan naskahku ke kakakku.
Kakakku bengong,  “Ya sudah, tunggu pengumumannya besok lusa ya. Sekarang, ayo buruan berangkat, ntar telat lho!
Kunaiki boncengan motor kakakku, dengan segera motor kakakku melesat cepat.
2 hari kemudian …
Re!! buruan, nanti ketinggalan pengumuman lho.
Dengan lari tergopoh-gopoh kutuju aula sekolah kakakku. Keringatku menetes. Kumasuki pintu aula dan kucari kursi yang masih kosong. Pembawa acara segera meraih microphone dan mengumumkan pemenangnya. Aku tak begitu berharap untuk memenangkan kompetisi ini, yang penting aku sudah mengerjakan dengan maksimal.
Juara 3 diraih oleh Sania…” teriak pembawa acara. Seluruh penonton langsung bertepuk tangan.
Juara pertama diraih oleh…” teriak pembawa acara lalu berhenti sejenak. Keringat dinginku mulai membasahi bajuku. Tak lama kemudian pembawa acara memanggil namaku. Aku kaget setengah mati, malah hampir pingsan.
Dengan langkah pelan aku naik ke atas panggung dengan wajah tak percaya. Wajahku sumringah saat menerima trophy. Penonton langsung bertepuk tangan, suasana aula menjadi sangat ramai. Tak sengaja air mataku tumpah untuk ketiga kalinya, tapi air mata yang terakhir ini karena terharu. Aku tak menyangka semua ini terjadi, tapi aku percaya setelah kesulitan pasti ada kemudahan.

Karya : Sabila Rahmawati
Editor : Indah Nur H.

0 komentar:

Post a Comment