Sinar mentari pagi menembus kaca
jendela, ayam berkokok beriringan, jalanan pagi nan sunyi mulai nampak ramai,
orang-orang mulai keluar dari hunian mereka masing-masing, melakukan berbagai
rutinitas atau sekedar akivitas semata. Para ayah yang akan berangkat bekerja, ibu-ibu
sibuk pergi belanja atau hanya sekedar berbasa-basi dengan penjual sayur
keliling, anak-anak sekolah yang sibuk dengan entah berbagai macam rutinitas
unik, beberapa orang yang memilih aktivitas jogging di pagi hari,
mengelilingi kompleks, dan aktivitas lain.
Begitupun juga oleh seorang pemuda yang
bersiap-siap untuk berangkat kerja. Alarmnya berbunyi dengan lantang lantas membangunkannya.
Dengan segera ia bangkit dari tempat tidurnya dengan mata sayu, kemudian melirik
jam yang menunjukkan pukul 04.30 pagi. Memang ia harus bangun sepagi itu setiap
hari. Setelah bangkit dari tempat tidur, pemuda itu keluar rumah untuk menghirup
udara pagi segar, melakukan olahraga kecil sejenak untuk sekedar menyegarkan badan,
menghilangkan rasa kantuk. Beberapa tetangga yang melewati depan rumahnya, saling
tegur sapa dan melontarkan senyum.
Lingkungan kompleksnya masih asri, tata letaknya yang rapi, dan orang-orang
disekitarnya yang ramah membuat pemuda itu merasakan kenyamanan.
Setelah
olahraga kecilnya dirasa
cukup, ia mandi sekaligus mengambil air wudhu. Kemudian memakai pakaian yang
rapi, sopan dan wangi,
lalu ditunaikanlah
ibadah wajib sholat shubuh.
Seusai sholat, tidak lupa berdo’a, memohon perlindungan serta petunjuk
kepada Allah SWT. Kegiatan rutinnya setiap pagi adalah mempersiapkan sarapan
sendiri. Ia memang hanya tinggal seorang diri. Tempat tinggalnya yang jauh dari
tempat ia bekerja mengharuskannya membeli rumah sederhana di kompleks Bunga
Indah Permai. Menu sarapan
hari ini sederhana
saja. Mi rebus, telur
dadar, saos sambal dan nasi hangat, cukup untuk
mengisi perut.
Jam menunjukan pukul 06.00 pagi, ia pun
berangkat mengendarai motor bebeknya ke kantor. Ia bekerja di sebuah redaksi
majalah. Pada awal bekerja, ia mendapatkan tugas dari atasannya untuk
mewawancarai seorang petinggi di sebuah perusahaan ternama yang sulit sekali
diajak bertemu bahkan diwawancarai.
“Pagi, Gus!” sapa atasannya.
Pemuda itu−Bagus−menolehkan kepalanya. “Iya bos, ada yang bisa saya bantu?”
jawabnya cepat.
“Bisa bicara sebentar?”
“Tentu,” sahut Bagus.
“Begini, saya memberi kamu tugas
sekaligus minta tolong,
tapi akan sedikit sulit.”
“Apa yang bapak inginkan, tidak
perlu sungkan, saya akan mengusahakannya,” jawabnya yakin.
“Saya minta tolong agar kamu
mewawancarai seorang petinggi suatu perusahaan ternama. Beliau benar-benar seorang
yang hebat, tapi sayang,
tidak
banyak orang yang tahu tentang dirinya. Beliau tidak ingin mencari perhatian ataupun
menjadi terkenal seperti orang-orang tinggi lainnya. Itulah sebabnya beliau sangat sulit untuk
diwawancarai” ucap sang Bos panjang lebar.
“Baiklah Pak, jika memang begitu, saya akan
melakukannya”
Dengan
senang hati, atasan
Bagus itu memberikan data tentang orang yang dimaksud dan ongkos untuk perjalanannya.
Bagus
pun
bersiap-siap. Hal pertama
yang ia
lakukan adalah menghubungi orang tersebut. Tetapi nihil. Nomor yang dihubunginya adalah nomor Manager perusahaan itu alias bawahannya. Dengan hati-hati ia menjelaskan maksud dan tujuannya. Manager
itu dengan
cepat langsung menolak
tawaran itu karena atasannya
menolak tawaran wawancara dari siapapun kecuali beliau sendiri yang
menginginkannya.
Dengan perasaan kecewa, Bagus menceritakan perihal penolakan wawancara itu
kepada
atasanya. Atasan Bagus tersenyum bijak. Memaklumi dan memberi tugas baru padanya. Ia diminta
untuk meliput sebuah hotel
besar yang baru buka, letaknya
di luar pulau.
***
Pada hari
itu, Bagus berangkat ke tempat tugasnya dengan pesawat terbang.
Setelah beberapa jam di udara, pesawat mendarat di bandara dengan selamat. Bagus keluar dari bandara sambil
menggendong tas ranselnya. Matanya sesekali melihat alamat hotel yang dikirim
atasannya
lima menit yang lalu.
Pemuda itu
tiba di
sebuah hotel berbintang. Hotel itu terbilang cukup mewah karena memiliki
beberapa gedung yang megah. Pemandangannya bersih, tata letak pada tamannya tertata
indah nan rapi mempesona.
Tiba-tiba, dari sebuah ruangan terjadi perampokan oleh
gerombolan orang. Pencuri itu memakai topeng dan
seluruh pakaiannya berwarna hitam.
Sebelum pergi, mereka membakar serta mengobrak-ngabrik seluruh isi
dalam ruangan tempat kejadian.
Tampak pengunjung, jurnalis, serta orang-orang penting lainnya berhamburan
keluar menyelamatkan diri dari bala kekacauan tersebut. Tetapi, ada satu orang
yang terjebak dalam kobaran api, ia bingung harus bagaimana agar bisa keluar
dari ruangan yang hampir dipenuhi si jago merah itu. Keadaan Hotel dan ruangan itu kacau,
bahkan lampu semua ruangan
mati, api menyambar dengan
cepat dari satu
ruangan ke ruangan lain. Setelah mengetahui masih ada satu
orang didalam, Bagus pun dengan cepat masuk dalam kekacauan untuk menyelamatkan
orang itu.
Dengan
sigap dan cepat, orang itu berhasil diselamatkan. Bagus menggiring orang itu di taman dekat hotel. Kebetulan
yang sangat menggembirakan, orang itu ternyata adalah
petinggi suatu perusahaan terkenal yang tengah dicari-cari Bagus untuk
diwawancarai.
“Anda tidak apa-apa?” kata Bagus
“Ya. Hanya
sedikit shock.”
“Apa anda
petinggi perusahaan terkenal di Jakarta itu?” Tanya Bagus ragu. Ia tahu,
situasinya tidak pas untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting.
Orang itu
mengangguk.
Bagus
mengulurkan tangannya. “Perkenalkan nama saya Bagus. Saya bekerja di salah satu
redaksi majalah Business di Jakarta.”
“Oh, nama
saya Indrawan Hardiningrat. Panggil saja Indra. Terima kasih karena sudah
menyelamatkan saya,” ujarnya seraya tersenyum.
“Apakah
anda yang menelpon saya beberapa waktu yang lalu?” tanya petinggi perusahaan itu−Indra.
“Sebenarnya, saya ingin menelpon
anda, tapi yang mengangkat adalah manager anda. Beliau mengatakan bahwa anda menolak semua
wawancara, kecuali anda sendiri yang menginginkannya.”
jelas
Bagus.
“Oh, kalau masalah itu, saya minta maaf. Itu bukan Manager saya, melainkan saya sendiri, saya mengaku
sebagai Manager karena tak ingin ada yang mewancarai saya, tapi setelah
anda menyelamatkan saya dari kekacauan tadi, saya pikir, tidak ada salahnya melakukan tanya jawab dengan anda.”
Baguspun merasa sangat bahagia. Hatinya seakan menangis karena haru.
Memang Allah telah merencanakan hal terbaik untuknya.
Setelah wawancara selesai, Bagus
dimintai waktu untuk wawancara dengan salah satu redaksi majalah bisnis di
Jakarta. Serta acara berita yang lain karena aksi heroiknya menyelamatkan
pemilik perusahaan terbesar yang paling tersohor di Jakarta, dan juga ia telah
berhasil membuat berita mengenai petinggi perusahaan tersebut, memecahkan rekor
bahwa tidak seorang pun mampu mewawancarai, bahkan jika itu hanya untuk urusan
yang kecil.
***
Setelah kejadian itu, atasannya bangga. Walaupun
mereka sadar bahwa menjadi jurnalis itu tidak mungkin dapat terkenal, dan
nama-nama mereka hanya menjadi pajangan di akhir sebuah artikel. Namun, dengan kerja keras, nama seseorang bahkan kelompok jurnalis bukan hanya sebuah nama akhir atau pajangan biasa dari sebuah tulisan.
Karya : Achmad
Zidan Choirul Atok
Editor : Anissa Maya
Bagus ceritanya. Itu pengarange sapa ya?
ReplyDeletesudah ada di atas...
Delete